Twitter Facebook Delicious Digg Stumbleupon Favorites More

Sabtu, 10 Februari 2018

Makiyah Madaniyah


PENDAHULUAN
Apabila diteliti dan dikaji ayat-ayat yang diturunkan dan ayat-ayat Quran ia mengandungi kreateria tertentu yang mana ia kadang kala disesuaikan dengan metod dakwah yang dibawa. Justeru itu, ayat al-Quran yang diturnkan itu terlibat dengan Makki dan Maddani. Namun begitu,terdapat juga dalam ayat-ayat tertentu yang bercampur di antara Makki dengan Maddani atau ayat yang diturunkan diluar daripada Mekah dan Madinah.
            Pengetahuan dan kajian tentang ayat Makki dan Madani itu amat penting untuk mengesan metod dakwah serta peringkat dakwah Rasullullah, sama ada untuk masyarakat Arab Mekah atau Madinah atau masyarakat setempat atau orang kafir Musyrik atau Ahli Kitab dan Mukmin seluruhnya. Konteks lain juga, penelitian tentang Makki dan Madani dapat memberi pengetahuan kepada kita bahawa dakwah yang disampaikan oleh Rasullulah melalui peneurunan ayat al-Quran adalah begitu teliti. Kajian itu meliputi mengenai tempat turunnya ayat dan waktunya. Lengkapnya disini
Share:

Gagasan Baru Filsafat Iluminasi Suhrawardi


Biografi Suhrawardi
Al-Suhrawardi mempunyai nama lengkap Syaikh Syihab al-Din Abu al-Futuh Yahya ibn Habasy ibn Amirak al-Suhrawardi, dilahirkan di Suhraward, negeri Iran Barat Laut, tidak jauh dari Zanjan pada tahun 548 H/1153 M.[1] Dia dikenal sebagai Syaikh al-Isyraq atau Master of Iluminasionist (Bapak Pencerahan), al-Hakim (Sang Bijak), al-Syahid (Sang Martir), dan al-Maqtul (yang terbunuh), Al-Suhrawardi mempunyai julukan al-Maqtul (yang terbunuh), ini terkait dengan cara kematiannya yang dibunuh di Halb (Aleppo) atas perintah Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 587 H/1191 M. karena itu beliau juga disebut guru yang terbunuh[2]. Dan hal ini lah yang membedakan dia dengan dua tokoh sufi lainnya, yaitu Abu al-Najib al-Suhrawardi (w. 563 H) dan Abu Hafah Syihabuddin al-Suhrawardi al-Baghdadi (w. 632 H).
Setelah sekian lama al-Suhrawardi terkenal dan mempunyai doktrin-doktrin yang esoteris (bersifat khusus, rahasia) serta kritik yang tajam yang dilontarkan kepada para fuqaha’ kala itu menimbulkan reaksi keras yang dimotori oleh Abu al-Barakat al-Baghdadi yang anti terhadap aliran Aristotelian. Akhirnya pada tahun 587 H/1191 M atas desakan para fuqaha’ kepada Malik al-Zhahir yang di kala itu membutuhkan dukungan dari fuqaha’ untuk menghadapi tentara salib yang mengancam umat Islam, sehingga al-Suhrawardi diseret ke penjara dan di hukum mati pada usia 38 tahun yang masih cukup relatif muda. A. Mustofa mengatakan bahwa perihal terbunuhnya al-Suhrawardi ini merupakan ulah dari orang-orang yang dengki kepadanya sehingga melaporkannya kepada Shalahuddin al-Ayyubi akan bahaya tersesatnya akidah Malik al-Zhahir jika terus berteman dengan al-Suhrawardi. Maka Shalahuddin pun meminta putranya untuk membunuh al-Suhrawardi. Kemuadian Malik al-Zhahir pun meminta pendapat para fuqaha’ Halb, yang memang menjatuhkan hukuman mati kepada al-Suhrawardi. Setelah itu Malik al-Zhahir pun memutuskan agar al-Suhrawardi dihukum gantung. Lengkapnya disini


[1]  A. Khudori Soleh, Wacana Baru filsafat Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, Hal 117.
[2], M. Subkhan Anshori, Filsafat Islam Antara Ilmu dan Kepentingan,   Kediri: Pustaka Azhar, 2011,  Cetakan ke 2, Hal 229
Share:

IDE-IDE SKULARISASI TAHA HUSEIN


Pendahuluan
Banyak hal yang menarik untuk diketahui dan dikaji pemikiran-pemikiran T}a>ha Husein dalam berbagai bidang, seperti pemikirannya di bidang kebudayaan, pendidikan, politik dan sastra Jahili, kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan juga pemikirannya di bidang titik temu agama-agama. Hampir seluruh pemikirannya mendapatkan tantangan dari para ulama Al-Azhar yang berada di garis konservatif, dan mereka tidak segan-segan mengatakan bahwa T}a>ha Husein adalah seorang tokoh yang sekuler karena gagasan-gagasannya sangat kontroversial dan sangat sekularistik. Di antara pemikir yang melancarkan kritik terhadap gagasan-gagasan T}a>ha Husein dalam berbagai bidang tersebut adalah Muhammad al-Khudar Husein, Musthafa Shidiq ar-Rafi’i, Rasyid Rida, Anwar Jundy dan Maryam Jamelah. Setelah T}a>ha Husein meninggal (1973) banyak tokoh bersimpati terhadap gagasan-gagasannya, karena T}a>ha Husein ternyata telah berbuat sesuatu yang baik untuk kemajuan negeri Mesir. Terhadap gagasan-gagasan T}a>ha Husein tersebut, Harun Nasution mengatakan “untuk masa puluhan tahun yang lalu ide-ide T}a>ha Husein itu terlalu baru dan payah untuk diterima. Untuk masa kini (1975) ide-ide itu tidak terlalu baru lagi dan sudah dapat diterima dalam kalangan umat Islam.
Melihat kondisi obyektif tingkat pendidikan umat Islam dan terutama Mesir di masa hidupnya T}a>ha Husein sangat penting sekali. Tanpa mengetahui kondisi obyektif tersebut sulit kiranya memahami gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh T}a>ha Husein yang cukup kontroversial, dan besar kemungkinannya akan menilai negatif terhadap ide pembaharuannya. Tulisan ini akan mengetengahkan kontroversial pemikiran T}a>ha Husein dan langkah-langkah konkrit, selama menjadi birokrat (menteri), dalam menggagas pemikirannya, khususnya dalam bidang pendidikan, kebudayaan, politik, dan agama. Lengkapnya disini
Share:

Pemikiran KH.Wahab Hasbullah



PENDAHULUAN

KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang ulama besar! Keulamaannya tidak hanya diakui di seluruh Indonesia tetapi juga oleh dunia Islam secara luas. Walau mungkin beliau tidak menyandang gelar dan ijazah formal pendidikan ataupun perguruan tinggi manapun, kemasyhuran beliau sebagai seorang ulama menembus batas tingkatan-tingkatan formal yang ada, dari lapisan masyarakat intelektual secara umum. Syahadat atau pengakuan terhadap beliau sebagai ulama besar tidak disangsikan lagi dalam benak masyarakat Indonesia terutama umat Islam dipenjuru nusantara. 
KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah pengasuh pondok pesantren. Seorang guru dan bapak yang mendididk dan mengayomi para santri anak didiknya sejak dari jenjang permulaan paling bawah hingga ke saat diketengahkan kepada masyarakat untuk berkhidmat kepada kepentingan orang banyak. KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang pemimpin pergerakan. Secara aktif, beliau membangun semangat dikalangan masyarakat, terutama umat Islam tentang harga diri suatu bangsa. Bersama pemimpin- pemimpin seangkatannya beliau ikut merintis pergerakan kemerdekaan Indonesia, beliau juga seorang pejuang di medan perang, pelopor tampilnya golongan syuriyah dalam karya-karya bermusyawarah.  Diantara aktifitas beliau yang sangat padat itu yang paling menyibukkan beliau  adalah di dalam NU. Boleh dibilang, hidupnya adalah Nahdlatul Ulama (NU). Lengkapnya disini
Share:

Pemikiran Ibnu Taimiyah



Pendahuluan
Islam merupakan agama yang dianut oleh manusia dari berbagai latar belakang etnis, social dan budaya yang berbeda-beda. Sebagai agama dengan klaim universal dan berhasil menjamah berbagai wilayah pusat-pusat kebudayaan kuno, ia telah menyerap berbagai warisan intelektual, nila-nilai, literature, dan berbagai tradisi yang dijumpainya. Dan hal ini telah terjadi lama setelah satu abad Nabi Muhammad SAW.Wafat.[1]
Abad ke 13 M merupakan periode malapetaka bagi sejarah islam. Dunia muslim belum lagi pulih dari porak poranda Perang Salib yang panjang itu, bencana lebih buruk datang pula melanda. Suku Mongol menyerbu negara Muslim, memusnakan kekayaan intelektual dan cultural yang menumpuk selama berabad-abad pemerintahan Muslim dan membunuh jutaan kaum Muslmin. Baghdad kota seribu satu malam yang tersohor itu kota intelektual dan cultural Metropolitan islam tanpa memperhatikan keberatan dunia dirampok oleh Hulaku Khan sang Mongol pada 1258 M. Seluruh warisan cultural dan intelektual kota itu dibakar menjadi abu atau dicampakkan ke Sungai Tigris.[2] Pada kurun waktu huru-hara dan bencana seperti itulah lahir Ibnu Timiyah seorang pemikir agama yang bepengaruh besar terhadap dunia pemikiran islam.
Ibnu Taimiyah merupakan syaikhul Islam dengan kajian keislaman yang dilakukannya terkenal gigih dalam mengedepankan fanatisme agama.Ia mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan berpegang kuat pada ajaran salaf. Untuk memahami semangat Ibnu Taimiyah inilah maka diperlukan pembahasan yang obyektif agar biar melihat sisi mana dari pemikirannya yang bersifat tegas dan tanpa kompromi, dan sisi mana yang menerima fleksibilitas dan perubahan melalui ijtihad.
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk memperkenalkan tokoh Ibnu Taimiyah dan pemikirannya, meskipun tidak secara mendalam. Beberapa ilmu keagamaan yang akan dibahas antara lain mengenal tentang pemikirannya dalam tasawwuf, tafsir dan fiqh. Serta pengaruhnya bagi pemikiran dan gerakan Islam.Dengan ini, diharapkan kita dapat melihat kontribusi besar Ibnu Taimiyah bagi tradisi intelektual Islam. Lengkapnya disini


[1] Miftahuddind Zanky, Ibnu Taimiyah pelopor kajian islam yang kritis (Jakarta : Dian Rakyat, 2012), 3.
[2] Abdillah F. Hasan, Tokoh-tokoh mashur dunia Islam (Surabaya : Jawara Surabaya, 2004), 225.
Share:

Mengenai Saya

Blog ini disediakan bagi setiap yang suka membaca dan mencari referensi keilmuan tertentu, terutama dalam pembelajaran bahasa arab. Bacalah, karena hanya dengan itu kau akan bisa menggenggam dunia. Selamat Membaca.

Popular Posts

Live Traffic Feed

Total Tayangan Halaman

Flag counter

Flag Counter
Copyright © e-Maktabah | Powered by Blogger
Design by SimpleWpThemes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com & Distributed By Protemplateslab